Bangunan Bercorak Buddha Peninggalan Majapahit
Bangunan Bercorak Buddha Peninggalan Majapahit yang berdiri pada abad ke-13 hingga abad ke-15, merupakan salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara. Selain dikenal karena kekuasaannya yang luas dan prestasi politiknya, Majapahit juga meninggalkan warisan budaya yang sangat kaya. Di antara warisan tersebut adalah bangunan-bangunan bercorak Buddha, yang menjadi bukti dari keberagaman dan toleransi keagamaan yang pernah hidup di kerajaan ini.
Latar Belakang Keagamaan di Majapahit
Majapahit dikenal sebagai kerajaan yang memadukan berbagai kepercayaan dan agama, termasuk Hindu dan Buddha. Meskipun agama Hindu cenderung mendominasi dalam kehidupan spiritual dan politik, agama Buddha juga memiliki pengaruh yang signifikan. Keberagaman ini tercermin dalam arsitektur dan seni rupa peninggalan Majapahit, di mana elemen-elemen dari kedua agama ini sering kali ditemukan berdampingan.
Agama Buddha di Majapahit terutama dianut oleh kalangan bangsawan dan intelektual. Para raja dan pejabat tinggi sering kali membangun candi-candi dan vihara sebagai bentuk penghormatan terhadap ajaran Buddha, sekaligus sebagai lambang kekuasaan dan kebesaran kerajaan.
Bangunan Bercorak Buddha yang Terkenal
Beberapa bangunan bercorak Buddha peninggalan Majapahit yang masih dapat ditemukan hingga saat ini antara lain:
- Candi Jabung
- Lokasi: Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur
- Deskripsi: Candi Jabung merupakan salah satu peninggalan Majapahit yang paling terkenal dengan arsitektur bercorak Buddha. Dibangun dari batu bata merah, candi ini memiliki bentuk stupa yang menjadi ciri khas arsitektur Buddha. Pada bagian dinding candi terdapat relief yang menggambarkan kisah-kisah dari ajaran Buddha. Candi ini diyakini sebagai tempat peribadatan atau tempat penyimpanan abu jenazah bangsawan Majapahit yang menganut agama Buddha.
- Candi Brahu
- Lokasi: Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur
- Deskripsi: Terletak di pusat kota kuno Trowulan, yang diyakini sebagai ibu kota Majapahit, Candi Brahu adalah salah satu candi bercorak Buddha yang memiliki nilai sejarah tinggi. Candi ini juga terbuat dari batu bata merah, dengan struktur yang lebih sederhana dibandingkan candi-candi Hindu di sekitar Trowulan. Candi Brahu diperkirakan dibangun pada abad ke-15 dan memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan Buddha.
- Candi Tikus
- Lokasi: Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur
- Deskripsi: Candi Tikus adalah salah satu situs arkeologi yang ditemukan di Trowulan dan memiliki ciri-ciri arsitektur Buddha. Meskipun namanya mengacu pada “tikus”, candi ini sebenarnya adalah sebuah tempat pemandian ritual yang diduga memiliki kaitan dengan ajaran Buddha Tantrayana yang berkembang di Majapahit. Struktur candi ini unik dengan bentuk kolam persegi yang dikelilingi oleh relief dan patung-patung Buddha.
- Candi Surawana
- Lokasi: Pare, Kediri, Jawa Timur
- Deskripsi: Candi Surawana, yang juga dikenal sebagai Candi Wishnubhawanapura, adalah candi bercorak Buddha yang dibangun pada masa Majapahit. Candi ini memiliki relief yang mengisahkan cerita Jataka, yaitu cerita tentang kehidupan-kehidupan Buddha sebelum mencapai pencerahan. Candi Surawana menggambarkan keterkaitan antara kekuasaan Majapahit dengan ajaran Buddha dan peran agama dalam kehidupan kerajaan.
Makna dan Pengaruh Bangunan Bercorak Buddha di Majapahit
Bangunan-bangunan bercorak Buddha di Majapahit tidak hanya berfungsi sebagai tempat peribadatan, tetapi juga sebagai simbol dari kebesaran dan keberagaman kerajaan. Keberadaan candi-candi ini menunjukkan bahwa meskipun Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu, ada penghormatan dan penerimaan terhadap ajaran Buddha di kalangan masyarakatnya.
Pengaruh Buddha dalam arsitektur dan seni rupa Majapahit juga mencerminkan hubungan kerajaan ini dengan budaya dan peradaban lain di Asia, termasuk Sriwijaya yang sebelumnya menjadi pusat agama Buddha di Nusantara. Perpaduan antara Hindu dan Buddha dalam budaya Majapahit menciptakan sebuah identitas yang unik, yang memperkaya warisan budaya Indonesia hingga hari ini.
Pelestarian dan Tantangan
Saat ini, beberapa bangunan bercorak Buddha peninggalan Majapahit masih berdiri, meskipun ada yang mengalami kerusakan akibat usia dan kurangnya perhatian. Upaya pelestarian terus dilakukan oleh pemerintah dan komunitas setempat untuk menjaga dan merawat warisan ini. Namun, tantangan dalam pelestarian tetap ada, termasuk masalah pendanaan, urbanisasi, dan perubahan iklim yang dapat mempengaruhi kelangsungan situs-situs ini.
Kesimpulan
Bangunan bercorak Buddha peninggalan Majapahit merupakan bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang mencerminkan keberagaman dan kekayaan spiritual pada masa itu. Dengan mempelajari dan melestarikan situs-situs ini, kita tidak hanya menjaga sejarah, tetapi juga menghargai nilai-nilai toleransi dan keharmonisan yang pernah ada di kerajaan Majapahit. Warisan ini terus menjadi sumber inspirasi bagi generasi sekarang dan mendatang dalam memahami kekayaan budaya Indonesia yang beragam.